Pengalaman “njajah deso milang kori”, artinya pengalaman bagi yang suka avonturir blusak blusuk kemana mana, kadang nekad menelusuri jalan yang belum pernah dilalui walau akhirnya harus nanya
Selamat mencoba “uji nyali”………
USIA BOLEH TUA, SEMANGAT TETAP MEMBARA
Pengalaman “njajah deso milang kori”, artinya pengalaman bagi yang suka avonturir blusak blusuk kemana mana, kadang nekad menelusuri jalan yang belum pernah dilalui walau akhirnya harus nanya
Selamat mencoba “uji nyali”………
Yang saya maksud kambuh disini adalah mengulangi kebiasaan yang sungguh sulit diakhiri yaitu kebiasaan merokok. Saya punya ceritera kambuh setelah lebih dari empat tahun meninggalkan kebiasaan ini. Begini ceriteranya : Waktu itu terjadi kebakaran besar yang melalap sebuah gudang kayu di komplek Pelabuhan Sunda Kelapa, proses pemadaman membutuhkan waktu yang cukup lama bahkan hampir 24 jam baru bisa dipadamkan.
Saya dengan menggunakan unit motor pompa portable bertugas untuk mencari sumber air yang kebetulan lokasi sumber air ada dipinggir laut. Karena jarak dari sumber air ke TKP cukup jauh, pemadaman dilakukan dengan sistim statis, artinya mobil pemadam kebakaran tidak perlu mondar mandir “ngangsu” ambil air untuk memadamkan kebakaran, dengan estafet dari sumber air langsung dipancarkan ke TKP untuk memadamkan kebakaran.
Jatah “Rumput” (sandi Pemadam Kebakaran DKI untuk makanan dan minuman) untuk anggota di sumber air terbatas, namun jatah rokok melimpah, entah dari mana mereka mendapatkan rokok. Inilah awal dari kambuh, mula-mula iseng cukup dengan mencium, selanjutnya mengecup beberapa kali dan rasa manis mulai menggoda, akhirnya benar-benar tergoda untuk mencoba, walau awalnya terasa agak pahit dan akhirnya saya kambuh merokok lagi karena tidak tahan uji sampai tahun 2004.
Alhamdulillah sejak saat itu saya sudah putus hubungan dengan rokok, bukan karena dilarang oleh dokter (ampun dr. Indro….) tetapi dengan niat bulat dan kesadaran serta perjuangan melawan nafsu akhirnya bisa…..
Hari ini Minggu tanggal 22 Juni 2008 ibukota Jakarta tepat berulang tahun yang ke 481, sudah lebih empat abad usia kota Jakarta, seribu satu permasalahan dan persoalan mewarnai ibukota tercinta ini mulai dari kemacetan lalu lintas, kebanjiran, kebakaran, kekerasan dan maraknya aksi demo yang tiada henti.
Berbagai acara digelar untuk memeriahkan hari ulang tahun baik melalui pentas terbuka, juga Pekan Raya Jakarta yang dulu dikenal sebagai Jakarta Fair atau Pasar Gambir. Media elektronik juga menampilkan seni budaya Betawi yang boleh dikata hampir punah seperti : Lenong, musik Samprah, Tanjidor, Gambang Kromong dan kesenian lainnya. Begitu juga makanan khas tidak ketinggalan ; Kerak telor, Bir pletok dan ongol-ongol.
Kesenian dan makanan khas Betawi dalam keseharian hampir sulit ditemukan, karena apa? Penduduk asli Betawi yang tidak punya keahlian dan kemampuan untuk bertahan hidup diibukota biasanya pindah kedaerah pinggiran ibukota ke Bekasi,
Oh….
Sudah ketangkap tangan masih juga mengelak tidak mau ngaku, apa sih susahnya ngaku? Padahal barang bukti nyata ada, masih harus pakai saksi segala? Itulah penjahat dijaman ini, koruptor pun demikian juga, dengan berbagai dalih dan alasan bersikeras mengelak atas tuduhan. Apalagi ratu suap “Ayin” dengan alasan jual beli permata untuk menghindari tuduhan suap kepada Jaksa UTG.
Rekaman suara dalam pembicaraan telepon juga sudah diputar, masih juga belum ngaku, haruskah dengan cara paksa seperti dislomot pakai tegesan atau dirubungi semut kangkrang supaya mau ngaku? Cara ini pasti dianggap melanggar HAM.
Kita masih ingat akan kasus pembunuhan yang dituduhkan kepada Sengkon dan Karta? Mereka sudah menjalani hukuman penjara beberapa tahun, ternyata ada pihak lain yang ngaku sebagai pembunuhnya, bagaimana nasib wong cilik seperti Sengkon dan Karta? Lain lagi bagi narapidana berduit, menurut khabar bisa memilih “hotel prodeo berbintang” bahkan bisa berkuliah didalam penjara ujar Ketua Persatuan Narapidana Indonesia Rahardi Ramelan yang mantan Ka Bulog.
Bagi anggota dewan yang berselingkuhpun tetap mengelak, padahal foto syuurnya sudah beredar kemana-mana, masih belum mau ngaku juga. Mulut boleh mengelak tidak mau ngaku tetapi hati nurani akan selalu berkata untuk jujur ngaku.
Ngaku sajalah! Berani berbuat berani menanggung akibat. Dihadapan Allah jangan coba-coba mungkir dan berkilah karena Allah Maha mengetahui. (nanti akan kewelèh)