Minggu, 28 September 2008

UANG

Uang adalah alat pembayaran yang sah dari suatu negara, uang di Republik tercinta ini kita kenal adalah uang rupiah, bagi sebagian orang uang menjadi segalanya untuk sarana mencapai maksud dan tujuan, sebaliknya bagi mereka yang tidak punya uang, alangkah sulitnya mengarungi kehidupan ini tanpa uang. Perampasan, perampokan, korupsi dan macam-macam kejahatan terjadi dimana-mana karena ingin medapatkan uang.

Dibalik semua itu sering kita melihat nasib lembaran uang rupiah yang disia-siakan, lihat saja pada gambar disamping ini, uang sebagai alat pembayaran yang sah “dikuwel-kuwel” (dilipat tak beraturan) begitu saja sehingga terlihat kumel, dekil dan tampak tidak berharga. Uang lembaran seribuan dan lima ribuan menjadi uang yang paling menderita, karena uang lembaran ini kebanyakan dimiliki oleh golongan paling bawah dan anak-anak.

Padahal kalau kita lihat mata uang asing yang namanya dolar, orang menyimpan dengan begitu rapi, bahkan mereka tidak berani melipat apalagi sampai “dikuwel-kuwel”, karena dolar yang terlipat dan kumel nilai tukar rupiahnya menjadi turun.

Mari kita belajar dari hal yang paling kecil untuk mencintai dan menghargai uang rupiah, seperti kita menghargai dolar, dinar dan uang asing lainnya. Semoga……


Kamis, 18 September 2008

NGANTRI

NGANTRI = berbaris secara teratur untuk mendapatkan giliran memperoleh sesuatu, itulah kira-kira difinisi yang saya otak-atik untuk menjelaskan arti NGANTRI. Maksudnya supaya tertib, aman dan semua dapat bagian pada gilirannya, tetapi nyatanya yang terjadi banyak yang sebaliknya, saling dorong, saling berebut duluan, sama sekali tidak tertib sehingga kadang menimbulkan korban luka-luka bahkan nyawa melayang (seperti kasus pembagian zakat di Pasuruan)

Itulah gambaran yang kita lihat dewasa ini, karena ketidak disiplinan masyarakat, budaya ngantri cuma sebatas slogan. Fenomena apa gerangan yang membuat masyarakat kita menjadi bringas, tidak tertib, mudah emosi, tega berbuat anarkhis dan rasa perikemanusiaannya menipis. Konon katanya sebagai 'orang timur' punya adat istiadat, ramah, santun dan lembah manah. Nyatanya?

Mungkinkah ini sebagai dampak dihapuskannya bidang studi : Civic/ kewarganegaraan, budi pekerti dan etika dari curiculum sekolah?

Kumpulan foto disebelah ini (klik saja) saya ambil dari beberapa blogg anda, ngantri minyak/ BBM, ngantri BLT, ngantri kemacetan lalu-lintas, ngantri tiket mau pulang mudik dsb.
Bagaimana perasaan anda melihat kumpulan foto "ngantri" disebelah ini? Ngenes?

Minggu, 14 September 2008

OJEG

Jenis angkutan ini muncul sekitar tahun 60an dilingkungan pelabuhan Tanjung Priok, dengan sepeda ontel mereka mengantar penumpang masuk atau keluar pelabuhan, dengan ongkos yang relatif murah karena tidak memerlukan BBM dan pelumas, cukup dengan sarapan pagi seadanya di Warteg (Warung Tegal) yang terkenal murah meriah. Seiring perkembangan jaman ojeg sepeda ontel tergusur oleh ojeg sepeda motor, penumpang lebih memilih menggunakan ojeg sepeda motor karena waktu tempuh lebih cepat, kecuali bagi mereka yang mau bernostalgia, ojeg sepeda ontel masih bisa ditemui disekitar pelabuhan Tanjung Priok.

Lain lagi dengan pemandangan pada foto yang saya tayangkan diposting ini, seorang kakek yang sudah sepuh, usianya antara 70-80 tahun masih bergelut dengan perahu dayung untuk mengais rejeki dengan “ojeg perahu dayung” nya di pelabuhan Sunda Kelapa. Setiap hari dia melayani jasa angkutan perahu, untuk menyeberangkan penumpang didermaga pelabuhan dengan ongkos yang sangat murah. Cukup dengan uang sebesar Rp. 2.000,- per orang untuk sekali menyeberang dari pinggir dermaga keseberang berikutnya.

Lelaki sepuh ini tidak neko-neko dan tidak muluk-muluk harapannya, dengan usianya yang sudah lanjut dia selalu bersyukur atas rejeki yang ia terima. Dia tidak terpengaruh dan tidak ikut-ikutan perpolitik, tidak berdemo bahkan tidak pernah memasalahkan siapa presiden dan mentrinya, yang penting dapurnya setiap hari bisa ngebul anak, cucu dan istrinya bisa makan kenyang, sederhana sekali ya.

Siapa berani hidup sederhana seperti kakek “ojeg perahu dayung” ?


Rabu, 03 September 2008

MOBIL ANTIK

Seneng aja kalo lihat barang antik, apalagi mobil antik seperti gambar tersebut diatas, gambar ini saya ambil pada hari Jum’at 29 Agustus 2008 dilapangan parkir Kantor Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, siapa pemiliknya saya belum tau, informasi yang saya dapat mobil antik ini milik seorang pengusaha perfilman yang sedang menjajaki untuk membuat film layar lebar dengan judul “SI JAGO MERAH”

Kesengsem dan tertarik dengan mobil antik saya minta ijin untuk mengambil gambarnya, eh… saya malah ditawari untuk berpose dengan mobil antik tersebut, dengan senang hati saya mèjèng disamping mobil, seolah-olah saya pemiliknya (nyombong dikit)

Mungkin saja mobil ini lebih tua dari usia anda.
Coba tebak! mobil antik merk apa dan buatan tahun berapa? Plat nomor kendaraan AB dari daerah mana ya?