Jumat, 20 Juni 2008

Ngaku

Sudah ketangkap tangan masih juga mengelak tidak mau ngaku, apa sih susahnya ngaku? Padahal barang bukti nyata ada, masih harus pakai saksi segala? Itulah penjahat dijaman ini, koruptor pun demikian juga, dengan berbagai dalih dan alasan bersikeras mengelak atas tuduhan. Apalagi ratu suap “Ayin” dengan alasan jual beli permata untuk menghindari tuduhan suap kepada Jaksa UTG.

Rekaman suara dalam pembicaraan telepon juga sudah diputar, masih juga belum ngaku, haruskah dengan cara paksa seperti dislomot pakai tegesan atau dirubungi semut kangkrang supaya mau ngaku? Cara ini pasti dianggap melanggar HAM.

Kita masih ingat akan kasus pembunuhan yang dituduhkan kepada Sengkon dan Karta? Mereka sudah menjalani hukuman penjara beberapa tahun, ternyata ada pihak lain yang ngaku sebagai pembunuhnya, bagaimana nasib wong cilik seperti Sengkon dan Karta? Lain lagi bagi narapidana berduit, menurut khabar bisa memilih “hotel prodeo berbintang” bahkan bisa berkuliah didalam penjara ujar Ketua Persatuan Narapidana Indonesia Rahardi Ramelan yang mantan Ka Bulog.

Bagi anggota dewan yang berselingkuhpun tetap mengelak, padahal foto syuurnya sudah beredar kemana-mana, masih belum mau ngaku juga. Mulut boleh mengelak tidak mau ngaku tetapi hati nurani akan selalu berkata untuk jujur ngaku.

Ngaku sajalah! Berani berbuat berani menanggung akibat. Dihadapan Allah jangan coba-coba mungkir dan berkilah karena Allah Maha mengetahui. (nanti akan kewelèh)

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Apalah arti Allah?
No way.........
Kami tidak kenal dia mbah.

paromo suko mengatakan...

ngaku? ntar dulu lah
sampai tiba-tiba kesempatannya untuk minta maaf kepada isteri, anak, keluarga, masyarakat dan bangsa, habis karena datangnya ajal
hiiiiiii .....

Mbah Suro mengatakan...

Saya juga takut ngaku... ngaku nyolong, ngaku korupsi, apalagi kalo lirak lirik rumput tetangga.
Enaknya sesaat sakitnya sepanjang hayat (kalo ketahuan...)

Pursito mengatakan...

Kejujuran memang mahal, apalagi untuk tingkat atas, yang pandai memelintar perkataan, sudah divonispun masih bisa berdalih. Maka negeri ini baru akan sejahtera setelah kejujuran menjadi PANGLIMA.