Senin, 26 Januari 2009

GUNUNG PANCAR

Mungkin anda pernah mendengar tempat wisata Gunung Pancar didaerah Sentul Bogor? Lokasinya tidak jauh dari sirkuit Sentul kearah selatan melalui beberapa desa dan setiap desa memungut restribusi keamanan sebesar Rp. 2.000,- bagi setiap mobil pribadi yang akan memasuki lokasi wisata, dikarcis iuran keamanan dari desa Karang Tengah ada catatan tidak bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan. Aneh sekali, tidak sesuai dengan judul karcisnya?

Taman wisata alam milik Departemen Kehutanan yang dikelola oleh PT Wana Wisata Indah dipintu gerbang masuknya memang sedikit terlihat indah, indahnya pemandangan hutan pinus, tetapi begitu sampai dilokasi pemandian air panas alangkah kecewanya. Airnya keruh, tempatnya begitu kumuh, bangunan saung seadanya terlihat reyot dan kolam pemandian yang sempit dan jorok.

Berapa biaya masuk kelokasi wisata ini? Mahuaal sekali dan tidak sesuai dengan apa yang kita bayar, dipintu gerbang per orang dikenai biaya karcis Rp. 2.000,- masuk ketempat pemandian air panas per orang harus mbayar lagi Rp. 10.000,- belum termasuk parkir kendaraan baik yang resmi maupun yang tidak resmi alias liar, kalau mau berendam air panas dibilik kamar lagi-lagi harus mbayar Rp. 10.000,- per 30 menit.

Hampir semua pengunjung tempat wisata ini kecewa berat, karena sarana dan prasarananya sama sekali tidak memadai, seorang ibu-ibu karena ditawari untuk melihat air terjun yang lokasinya dibelakang kampung oleh pemandu liar, saking kecewanya tampak sewot dengan mengatakan ‘telèk’. Cukup sekali ini saja, saya nggak bakalan kesini lagi.

Begitu juga belahan jiwa saya berceloteh : kesini beli teh panas 70 rb rupiah, maksudnya masuk berenam 60 rb plus parkir resmi 4 rb. dan beli teh panas 6 rb. Akhirnya buru-buru meninggalkan lokasi wisata ini karena benar-benar tidak nyaman dan jalan-jalan kekota hujan Bogor.

Kalau anda penasaran dan ingin kecewa silakan ke tempat wisata Gunung Pancar, Sentul, Bogor !!!!


Selasa, 20 Januari 2009

9 JAM

Pada hari minggu tanggal 18 Januari 2009 salah satu dari tangki yang berisi premium yang berkapasitas 5 juta liter di Depo Pertamina Plumpang meledak dan terbakar. Petugas Pemadam Kebakaran dengan seragam biru tua yang dikenal dengan sebutan “Satria Biru” berjibaku selama lebih dari 9 jam berhasil memadamkan, sehingga kebakaran hebat dapat dilokalisir, motto “Pantang Pulang Sebelum Padam” benar-benar diwujudkan.

Adalah rekanku Sdr Djaja Aditya Jaya, selaku Kasi Operasional Sudin Pemadam Kebakaran Jakarta Utara beserta jajarannya, memperoleh ucapan selamat dan sukses karena telah berhasil menyelamatkan Instalasi Obyek Vital, sehingga kebakaran tidak merembet ketangki yang lain.

Beliau sudah mengabdi di Dinas Pemadam Kebakaran DKI selama 36 tahun, saat ini mulai memasuki masa persiapan pensiun, namun fisiknya tetap terjaga, tampak tegap dan gagah walau sudah bercucu. Pada saat diwawancarai di TV One beliau menyatakan bahwa kebakaran Depo Pertamina Plumpang merupakan rekor kebakaran, yang melibatkan hampir 280 personil dengan jumlah mobil pemadam kebakaran yang diterjunkan sebanyak 46 Unit.

Atas kinerja yang baik dan sukses ini seyogyanya pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dapat memberikan apresiasi kepada Dinas Pemadam Kebakaran, mengingat para petugas Dinas Pemadam Kebakaran bekerja tanpa pamrih, dengan mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk menyelamatkan obyek vital yang merupakan pusat distribusi BBM untuk wilayah Jabodetabek.

Masyarakat yang bertempat tinggal disekitar Depo Pertamina Plumpang dan sekitar Kelapa Gading sangat bersyukur dan berterima kasih, karena kebakaran dapat ditanggulangi, seandainya tangki lainya ikut terbakar dan meledak, tak terbayangkan seperti apa jadinya, lautan api akan melanda sebagian kota Jakarta.

“Pantang Pulang Sebelum Padam” dan Yudha Brama Jaya” itulah semboyanmu.

Senin, 12 Januari 2009

KESELAMATAN KERJA

Standar keselamatan kerja dikota besar seperti Jakarta kurang mendapatkan perhatian dan pengawasan oleh instansi yang berwenang, contoh soal : terlihat pada foto beberapa tukang batu yang mengerjakan pembangunan rumah susun berlantai enam. Mereka sama sekali tidak menggunakan peralatan keselamatan kerja berupa topi helm atau sabuk / tali pengaman tubuh untuk menghindari terjadinya kecelakaan.

Apakah ini suatu keteledoran dari pemborong yang tidak menyiapkan peralatan keselamatan kerja atau pekerjanya sendiri yang tidak menyadari perlunya peralatan keselamatan kerja, atau barangkali mereka merasa repot bila menggunakan peralatan kerja dalam kegiatan sehati-hari.

Padahal pekerjaan mereka beresiko tinggi dan belum tentu mereka diasuransikan, manakala terjadi kecelakaan, siapa yang rugi? Apakah pemborong mau menanggung biaya pengobatan bahkan pemakaman kalau mereka sampai tewas?

Sudah saatnya instansi yang berwenang (Dinas Tenaga Kerja Tingkat Kotamadaya dan Kabupaten atau Tingkat Propinsi) agar selalu memberikan penyuluhan dan pengawasan terhadap keselamatan kerja para buruh dan tukang, agar kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Kalau perlu menerapkan sanksi berat bagi para pemborong dan pekerja yang melanggar ketentuan.

Pelanggaran terjadi dimana-mana termasuk pelanggaran berlalu lintas dilakukan oleh pengguna jalan secara masal. Kapan disiplin dinegara tercinta ini dapat terwujud?


Kamis, 08 Januari 2009

PANTAI PANGANDARAN

Sebetulnya saya dan belahan jiwa (ngutip istilahnya Mbak Ely) sama sekali tidak ada rencana rekreasi akhir tahun ke Pantai Pangandaran, hanya secara kebetulan kami ada acara resepsi yang lokasinya tidak begitu jauh dari Pantai Pangandaran tepatnya di wilayah Kecamatan Gandrungmangu yang masih termasuk Kabupaten Cilacap bagian barat yang berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, mampirlah kami ke Pantai Pangandaran.

Kami berangkat dari Purworejo, Kebumen, Buntu lewat Wangon belok kekiri arah Jeruk Legi dan menuju Kecamatan Gandrungmangu menempuh perjalanan kira-kira lima jam lewat Sidareja belok kekiri melewati daerah persawahan yang cukup subur dan menyebrangi sungai Citandui, akhirnya sampailah kami dipantai Pangandaran, dengan membayar sebesar Rp. 27.200,- satu kendaraan Kijang berikut seluruh penumpangnya (tanpa dihitung) masuk lokasi pantai Pangandaran. Tiket sudah termasuk premi asuransi, parkir dan retribusi sampah, wah komplit plit dah…

Di sepanjang pantai masih tampak beberapa bangunan rumah dan hotel yang rusak dan belum diperbaiki akibat terjadinya bencana Tsunami beberapa tahun yang lalu. Wisatawan yang berkunjung tidak terlalu banyak karena hari itu bukan hari minggu, Bus pariwisatapun bisa dihitung dengan jari, namun masih terlihat beberapa turis asing menikmati indahnya pantai.

Kesibukan para nelayanpun terlihat beberapa kelompok yang didominasi wanita sedang menarik jaring yang ditebar dengan perahu secara melingkar kelaut dengan mengambil radius lebih kurang 500 meter dari tepi pantai, setelah jaring ditarik kedarat ikan yang terjaring tidaklah banyak, hanya sekitar 2 Kg ikan teri bercampur dengan beberapa cumi-cumi dan ikan lainnya.

Itulah sekelumit gambaran pantai Pangandaran dengan teluk dan semenanjung yang luas menjadi indah dengan taman cagar alamnya. Ombak pantainyapun tidak terlalu besar sehingga memikat bagi siapa saja yang belum pernah berkunjung.

Selamat berwisata kepantai Pengandaran……..