Senin, 09 Maret 2009

BUANG SAMPAH

Kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama, untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat perlu kesadaran dan kepedulian bagi setiap warga masyarakat. Perilaku disiplin perlu ditanamkan bagi setiap individu sejak usia dini agar kebiasaan membuang sampah sembarangan tidak terjadi dimana-mana.

Disebuah komplek perumahan yang cukup mewah disentra timur wilayah kota Jakarta, ada sebidang tanah kosong yang belum dibangun oleh pemiliknya, karena kebiasaan sebagian besar warga kota membuang sampah sembarangan, melirik sebidang tanah yang masih kosong, dengan mudahnya tetangga kiri kanan memanfaatkan tanah kosong tersebut sebagai tempat buang sampah gratis.

Sudah barang tentu sang pemilik lahan menjadi sewot melihat lahan miliknya dijadikan tempat pembuangan sampah. Saya yakin pemilik sudah mengingatkan kepada tetangga kiri kanan agar tidak membuang sampah dilahan miliknya, tetapi himbauan dan larangan rupanya tidak mendapat tanggapan dan tidak digubris.

Sebagai manusia yang normal kesabaran pasti ada batasnya, manusia mana yang tidak kesal kalau lahan miliknya dijadikan tempat pembuangan sampah? Seperti tampak pada foto sebagai ungkapan kemarahan, sang pemilik lahan memasang papan peringatan dengan menulis : “Yang membuang sampah disini kaya monyet” Dengan tulisan seperti itu nampaknya cukup ampuh untuk melarang orang membuang sampah dilahan kosong tersebut.

Etika dan budi pekerti rupanya sudah ditinggalkan banyak orang, sehingga himbauan atau larangan sering kita jumpai dengan menggunakan kata/ kalimat yang keras dan kasar. Salah siapa?

Apakah anda punya solusi?


13 komentar:

Anonim mengatakan...

lahan kosong kadang juga bikin pusing warga, penuh alang2,dan ular pada bersarang, pemilik tak jelas, gak pernah bayar uang lingkungan. pokoknya bikin pusing pak rt yg tiap kali harus kerjabakti membersihkan.
saya setuju dijadikan tps biar yg punya muncul n bertanggung jawab.

Dyah mengatakan...

Jumpa Mbah
Masalah sampah diperkotaan sudah dikatagorikan rawan, bantar gebang misalnya
dan lahan milik tetangga jadi sasaran pembuangan sampah.
Agar lahan tidak digunakan TPA yaitu menggunakan lahan tersebut untuk kegiatan lapangan bola mini, lapangan bola plastik untuk anak-anak tapi dengan perjanjian apabila sewaktu-waktu pemiliki sudah ada dana untuk membangun maka lahan di minta. Jurus itu kok manjur warga untung yang punya ngak buntung. Apa begitu mbah
Selamat berkarya

Anonim mengatakan...

mbah, sampah basah bisa hancur dalam hitungan hari dan menjadi pupuk..akan tetapi sampah plastik belum tentu terurai meski telah enam ratus tahun! horok, opo tumon..

Mbah Suro mengatakan...

*Eyang Bethoro : Waah... pak dokter ikut sewot, ampuun Eyang... mudah-mudahan nggak kuwalat.

*Mbak Dyah : Orang bilang kebersihan bagian dati iman, boleh juga idenya mbak, diperkotaan lahan terbuka hijau untuk bermain anak-anak sangat terbatas, sama-sama untung (kaya iklan)

*Mbak Ernut : Recycle (daur ulang) sampah menjadi berkah. sudah mencoba mbak?

Unknown mengatakan...

Mbah, tetangga saya juga punya tanah kosong kayak gitu. Dipagerin aja pake pagar railing yang tinggi, tapi tipis dan tidak merusak pemandangan. Menghalangi sampah, ayam, tapi kalo ular belum tentu ya. Tapi ya pemilik lahannya mesti silaturahmi sama Pak RT setempat. Kan maksudnya buat nitip jagain lahannya juga..

Anonim mengatakan...

Membiasakan buang sampah pada tempatnya dari diri sendiri , trus ngajak keluarga , tetangga , dan seterusnya.Pasti akan membudaya apalagi dah ada perda , tegakkan aturannya , berlakukan sanksinya , jangan mau sogok aparatnya,pasti akan membudaya ...

Mbah Suro mengatakan...

*Vicky : Yang betul hrs begitu, diamankan dan nitip dengan tetangga kiri-kanan dan Pak RT. Setujuu...

*Mas Pram : Sesuai tema APP 2008 'Aku cinta lingkungan hidup' mari kita mulai dari diri sendiri.

Raf mengatakan...

Mbah .. mungkin saatnya kalimat himbauan sudah harus lebih spesifik misalnya 'buang sampah disini rp 500'
'ngebut benjut''parking ngawur tilang' dll seperti himbauan dihotel2 yg melarang tamu membawa handuk, asbak dsb kan ditulis 'jika anda tertarik handuk kami sediakan dengan harga sekian, silahkan hubungi ...'

Tapi komen Pak Indro,Bu Dyah dan yg lainnya betul juga lho Mbah ..kalau lahan kosong nggak diurus utk tempat ular malah berbahaya ...mesti ada win-win solution gitulah gimana caranya..

Raf

Sugeng Kariyodiharjo mengatakan...

Kula setuju !!!!

Anonim mengatakan...

pengaruh budaya juga ya mbah, susah kalau sdh terbiasa membuang sampah sembarangan, banyak tong sampah disediakanpun rasanya tak akan mempan, blom bisa urun ide mbah^

pripun kabare mbah Suro sak keluargo ?

Anonim mengatakan...

Mbah Sura :
Ada budaya cari gratisan, jadi sampai buang sampah pun kalau bisa cari yang gratis. Yang buang sampah tersebut ada 2 kemungkinan, 1. Yang buang sampah warga sekitar.
2. Yang buang sampah tukang angkut sampah dia pikir dari pada jauh2. Cari yang gampang saja.
Purs.

Anonim mengatakan...

Sama dengan di kota Jogja Mbah. Masalah sampah benar2 bikin pusing. Apa kita mesti kembali ke jaman dulu ya, menggali tanah untuk tempat sampah dan setelah penuh di bakar lalu diurug kemudian bikin lagi. Tapi lahan sekarang juga sudah semakin sempit. Walaupun banyak alternatif untuk mengolah sampah secara mandiri sekarang ini, namun baru beberapa kelompok masyarakat saja yang betul2 bisa mengolahnya hingga menjadi bermacam2 barang yang bisa dijadikan sebagai tambahan penghasilan.

Mbah Suro mengatakan...

*Mbak Ely : Bar ngaso kelihatannya sudah fresh ya Mbak? Alhamdulillah saya dan keluarga sehat, minggu ini sy ada rencana mau pulkam ada sdr yang punya gawe.
Trims sudah mampir.

*Eyang Bethoro : Kemungkinan dua-duanya betul, tetangga sebelah rumah kesulitan mau buang puing (bongkatan tembok rumah)gampang saja cukup ditulisi "Puing gratis" laris manis.

*Mas Mufti : Kaya basmi nyamuk ya Mas pakai 3M
Hanya sebagian kecil sampah yang bisa menjadi berkah, sisanya tetap saja sampah yang menjadi masalah.