Disiplin pengendara kendaraan bermotor diibukota Jakarta sangat rendah, hal ini menjadi salah satu faktor terjadinya kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas diibukota ini. Terutama pengemudi sepeda motor yang dengan seenaknya menyerobot lampu merah, memotong jalan dan melawan arus (nyungsang) bagaikan raja jalanan, belum lagi kendaraan umum seperti: mikrolet, metro mini, bus kota, taxi dan bajaj yang sering mangkal dan mengambil/ menurunkan penumpang semaunya sendiri disembarang tempat. Akibat dari ketidak disiplinnya pengendara, boleh dikatakan di Jakarta tidak ada ruas jalan yang bebas dari kemacetan, sekalipun di jalan tol dalam kota, apalagi pada saat turun hujan, ruas jalan yang ada dibawah fly over digunakan untuk neduh para pengendara sepeda motor sehingga hampir menutup seluruh badan jalan, akibatnya terjadi antrian panjang pada jalan tersebut. (lagi-lagi pengendara sepeda motor menjadi penyebab),
Sangat disayangkan penegakkan peraturan maupun penindakan para pelanggar terkesan lemah dan masih dapat cingcay-cingcay antara pelanggar dan aparat (bukan malaekat sih) Undang-undang lalulintas sudah ada, disamping itu masih ada lagi Perda No. 8 th 2007 tentang disiplin berlalu-lintas. Bagi warga/ pengendara yang melanggar diancam kurungan selama 6 bulan atau denda sebesar 1 juta rupiah, namum aturan itu belum pernah diberlakukan. (aturan bukan untuk ditaati tetapi untuk dilanggar)
Angka pelanggaran lalu lintas dari Polda Metro Jaya : 60% dilakukan oleh pengemudi sepeda motor, 30% pengemudi angkutan umum dan 10% oleh pengemudi kendaraan pribadi, kadang masih terlihat kendaraan aparat juga melakukan pelanggaran padahal mereka semestinya menjadi contoh bagi pengemudi dan masyarakat umum.
Disamping penegakkan hukum secara tegas, penyuluhan berlalu lintas terhadap warga masyarakat harus dilakukan tanpa henti, termasuk disekolah agar disiplin berlalu lintas khususnya dapat ditaati oleh setiap pengendara dan warga masyarakat pada umumnya. Tanpa ada penegakkan disiplin berlalu-lintas aparat akan kewalahan dan akan terjadi stagnasi diseluruh ruas jalan ibukota.
Pengendara memahami aturan berlalu-lintas, tetapi nekad melanggar, padahal melanggar aturan lalu-lintas adalah maut, membahayakan keselamatan diri sendiri maupun keselamatan orang lain. Tanya kenapa?
21 komentar:
mbah .. aku ngeri liat fotonya , macet begitu butuh kesabaran yang besar ya menghadapinya tapi kalau tiap hari begitu suyeh juga
di sini sulit mbah bikin SIM, minim 3 bulan itupun kalau ujian teori sama prakteknya lulus kalau nggak ya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, kalo ndak lulus2 ya ndak bakalan punya SIM dan ndak boleh berkendara di jalanan, soalnya kalau ketangkap basah bisa masuk penjara, siapapun itu nggak peduli pejabat atau rakyat biasa semua harus sekolah mengemudi dan praktek serta lulus ujian, jadi lalu lintas di sini tanpa ada polisi yg njaga ya teratur krn yg terjun ke jalanan sudah bener2 diuji, coba kalau di tanah air nggak semudah mendapatkan SIM ya mbah
Dinikmati saja mbah...
siapa suruh datang jakarta
indonesia luas mbah....
saya masih bisa nyetir sambil leha2
jakarta sekarang 16km/jam
tiap tahun berkurang 1/2km
jadi 10th lagi dijakarta 0 km/jam
masih berminat?
Dospundi mbah, tiyang Indonesia niku ngatur boten iso, diatur boten purun. Napa ngoten mbah ???
*Mbak Ely : Disiplin memang menjadi keharusan bagi setiap insan, tanpa disiplin itulah Indonesia. Sampai kapan? Embuh.... Kelihatannya masih diperlukan pemimpin dengan tangan besi.
* Eyang Bethoro : 5 th lagi lalu-lintas di Jakarta mengalami stagnasi (keluar dari garasi langsung macet), Th 67 saya datang ke Jakarta lenggang kangkung, numpak bronpit Ducati masih bisa sambil singsot-singsot
*Pak Ugeng : Salah urus Pak, kekatahen ingkang ngatur kedadosanipun ngawur.
Mbah melihat foto saja ....waduh sudah ngeri ya begini ini kalau mentalitas menerabas, semuanya ingin serba cepat ...
Tanya kenapa ? jawabnya itulah hasil pendidikan
betul mbah...memang susyah ngubah budaya tidak disiplin yg udah mendarah daging...
dampak dari ketidak tertiban ini juga sangat berpengaruh terhadap program indonesia sehat 2010. Kunci penting dari peningkatan kesehatan bukanlah pengobatan (kuratif), namun pencegahan (preventif). Tim kesehatan tidak akan mampu bergerak sendiri dalam melakukan tindakan preventif, misalkan tindakan preventif untuk menurunkan tingkat kecelakaan di jalan raya adalah dg peningkatan kedisiplinan pengguna jalan. lha gimana bisa sehat kalo byk yg kecelakaan dan melanggar lalu lintas..
Yaaaa... begitulah Jakarta...
Kalau bukan karena nasinya sedang ada di sini aku pengennya hengkang dari Jakarta.
Di Jakarta tuh, ga berlaku kiblat (barat-timur-utara-selatan)! Yang berlaku kiri-kanan, atas-bawah: yen ra kleru ya bener, yen ra ngereh ya direh! Leres, Mbah?
*Mbak Dyah : Menurut saya harus diterapkan sanksi berat bagi para pelanggar lalu-lintas dan tantangan berat buat para pendidik, masa harus kembali dari titik nol.
*Mbak Ernut : kadang kita terpaksa ikut melanggar, krn yang dibelakang kita ngasih klakson terus padahal lampu masih menyala merah. Ampuunn...
*Pakde Jack : Disiplin hrs ditanamkan sejak bayi baru lahir, Contoh : kebiasaan ibu kalo bayinya nangis langsung memberi susu/ ASI padahal sang bayi belum tentu haus atau lapar, mestinya pemberian susu/ ASI dengan jadual tertentu.
*Mas Kandar : Sampe kapan Mas mau seperti ini? Disiplin harus dimulai dari diri kita sendiri, setuju Mas!
Yang mempengaruhi kesemrawutan lalu lintas :
1. Pengguna jalan tidak disiplin.
2. Pertambahan kendaran lebih
cepat dari pertambahan panjang
jalan.
3. Pemanfaat jalan yg tidak
semestinya.
4. Kerusakan jalan dimana-mana.
Untuk mengatasi lalu lintas, keempat hal tersebut diatas harus ditangani secara serentak.
*Pak Pur : Hallo Pak Pur kemana saja lama nggak terbit? Syukurlah sudah bisa ngeblog lagi, sukses selalu...
mm, jakar-jakarta. kebijakan dari negara saja kurang mendukung kelancaran transportasi di jakarta
* Mas Nurrahman : Makasih sudah mampir, saya juga sudah kulonuwun ke blog panjenengan. Salam kenal....
Mbah, berarti kue pembanguna perlu dibagi rata keseluruh negeri ya, Mbah ...agar tidak terkosentrasi
Gimana Mbah ada ide ...
wassalam,
Raf
Setuju banget Mas, pembangunan harus merata keseluruh tanah air, kalo perlu ibukota negara dipindahkan, kantor Departemen ditempatkan di beberapa propinsi dan tidak tersentralisasi di Jakarta. Siapa yang mau dengar suaraku ini ya?
mbah suro namanya kok sama dengan nama panggilanku waah memang peraturan itu kan tuk dilanggar loo mbah. selagi di trafict light lampu hijau menyala dibelakang banyak bel dibunyikan itu tanda orang kita dak sabaran sehingga sering melanggar.
* Mas Edy : Lho saya lihat nama lengkapnya Edy Siswanto, kok bisa panggilannya mbah suro? Wis ndak apa-apa.... matur nuwun sudah mampir ke blog saya, salam kenal.
Jangankan di Jakarta , di tangerang daerah pinggiran banget aja macet apa lagi di daerah kotanya..Lagian sebagian Polisi juga suka ama yang ngelanggar sich mbah...biar da pemasukan , kadang pas gak ngelanggar juga di bikin ngelanggar...
ya mbah trim sudah ngunjungi blog kami
Memang paling sebel mbah kalo dah kena macet seperti ini. Jogja aja sekarang sudah semakin sesak dengan kendaraan bermotor. Itu saja masih ditambah dengan becak, andong dan sepeda onthel.
*Mas Trie : Maksudnya Pak Pol cari-cari kesalahan pengemudi? Beda dengan Pak Pol di Purworejo Mas, kalo priksa surat-surat sdh lengkap kita dipersilahkan langsung jalan dan Pak Pol bilang Trima kasih. Saluut...
*Mas Edy : Kembali kasih Mas, jangan bosen kita bersilaturahmi lewat Blog.
*Mas Mufti : Jumlah kendaraan bertambah terus, apa ini tanda-tanda meningkatnya kemakmuran rakyat? Sama seperti pertambahan penduduk krn kegagalan ber KB.
Posting Komentar