Jalan pintas adalah salah satu cara seseorang dalam mengambil keputusan tanpa memperhitungkan resiko apa yang akan terjadi. Jatuh bangun kehidupan seorang anak manusia dalam mengarungi romantika hidup ini menjadi contoh dalam pengambilan sebuah keputusan.
Alkisah seorang anak manusia yang sudah sukses mencapai puncak karier dalam sebuah jabatan yang cukup bergengsi didesanya, pada suatu saat ia harus kembali kepada keadaan sebelumnya setelah gagal mengikuti pilkades pada periode berikutnya.
“Sedia payung sebelum hujan” adalah pepatah yang masih relevan dalam kehidupan manusia, setiap manusia akan menyiapkan segala sesuatu untuk berjaga-jaga agar kelak dikemudian hari ada suatu sandaran hidup apabila saatnya sudah tiba. Sebagai contoh saya sendiri, sebelum tiba saatnya memasuki masa pangsiun saya membuka usaha kecil-kecilan untuk mencari tambahan penghasilan, jangan sampai setelah pangsiun nanti vacum, sehingga waktu demi waktu hanya diisi dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dan sifatnya rutinitas.
Kembali kepada kisah seorang anak manusia yang mengambil jalan pintas, karena tidak mempersiapkan diri untuk menjalani sisa kehidupannya, ia mengambil jalan pintas. Jaman masih ada “togel” dengan segala cara ia lakoni untuk mencari nomor jitu, namanya juga permainan akhirnya entèk alas entèk omah artinya habis-habisan.
Dalam situasi yang sangat sulit, ia ditawari oleh seseorang untuk piara tuyul, tanpa pikir panjang dan tanpa musyawarah dengan keluarga di iyakan, tepatnya dipesisir selatan ada seorang paranormal yang menyandang tuna netra, bisa memberi tuyul yang konon ceritanya bisa mencari uang untuk sang majikan. Setelah ditunjukkan beberapa jenis tuyul secara kasat mata, ia memilih yang kuat, rosa dan pinter cari duit, tingginya sekitar 60 cm, berbadan tegap, kulit hitam lebam, matanya merah pakaian yang dikenakan cuma kancut. Makanan yang harus disiapkan cukup hati ayam dan iwak lendi/ lele sekali dalam satu hari dan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon majikan.
Setelah ada kesepakatan dengan paranormal, maukah tuyul tersebut dipiara olehnya? Dalam dialog antara tuyul dan calon majikan ternyata ada satu hal yang mengganjal, tuyul bilang “ibu ora gemati” artinya karena calon majikan tadi belum ada kesepakatan dengan keluarga khususnya istri, tuyul keberatan untuk dipiara oleh calon majikan.
Akhirnya calon majikan sadar, semua jalan yang sudah ditempuh adalah keliru, dengan bekal ketrampilan sebagai tukang kayu dan tukang batu ia menekuni profesinya, alhasil sekarang sang majikan dapat menjalani kehidupannya dengan sukacita dan damai. Alhamdulillah………