Selasa, 29 Juli 2008

JALAN PINTAS

Jalan pintas adalah salah satu cara seseorang dalam mengambil keputusan tanpa memperhitungkan resiko apa yang akan terjadi. Jatuh bangun kehidupan seorang anak manusia dalam mengarungi romantika hidup ini menjadi contoh dalam pengambilan sebuah keputusan.

Alkisah seorang anak manusia yang sudah sukses mencapai puncak karier dalam sebuah jabatan yang cukup bergengsi didesanya, pada suatu saat ia harus kembali kepada keadaan sebelumnya setelah gagal mengikuti pilkades pada periode berikutnya.

“Sedia payung sebelum hujan” adalah pepatah yang masih relevan dalam kehidupan manusia, setiap manusia akan menyiapkan segala sesuatu untuk berjaga-jaga agar kelak dikemudian hari ada suatu sandaran hidup apabila saatnya sudah tiba. Sebagai contoh saya sendiri, sebelum tiba saatnya memasuki masa pangsiun saya membuka usaha kecil-kecilan untuk mencari tambahan penghasilan, jangan sampai setelah pangsiun nanti vacum, sehingga waktu demi waktu hanya diisi dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dan sifatnya rutinitas.

Kembali kepada kisah seorang anak manusia yang mengambil jalan pintas, karena tidak mempersiapkan diri untuk menjalani sisa kehidupannya, ia mengambil jalan pintas. Jaman masih ada “togel” dengan segala cara ia lakoni untuk mencari nomor jitu, namanya juga permainan akhirnya entèk alas entèk omah artinya habis-habisan.

Dalam situasi yang sangat sulit, ia ditawari oleh seseorang untuk piara tuyul, tanpa pikir panjang dan tanpa musyawarah dengan keluarga di iyakan, tepatnya dipesisir selatan ada seorang paranormal yang menyandang tuna netra, bisa memberi tuyul yang konon ceritanya bisa mencari uang untuk sang majikan. Setelah ditunjukkan beberapa jenis tuyul secara kasat mata, ia memilih yang kuat, rosa dan pinter cari duit, tingginya sekitar 60 cm, berbadan tegap, kulit hitam lebam, matanya merah pakaian yang dikenakan cuma kancut. Makanan yang harus disiapkan cukup hati ayam dan iwak lendi/ lele sekali dalam satu hari dan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon majikan.

Setelah ada kesepakatan dengan paranormal, maukah tuyul tersebut dipiara olehnya? Dalam dialog antara tuyul dan calon majikan ternyata ada satu hal yang mengganjal, tuyul bilang “ibu ora gemati” artinya karena calon majikan tadi belum ada kesepakatan dengan keluarga khususnya istri, tuyul keberatan untuk dipiara oleh calon majikan.

Akhirnya calon majikan sadar, semua jalan yang sudah ditempuh adalah keliru, dengan bekal ketrampilan sebagai tukang kayu dan tukang batu ia menekuni profesinya, alhasil sekarang sang majikan dapat menjalani kehidupannya dengan sukacita dan damai. Alhamdulillah………


Kamis, 24 Juli 2008

ADUS KALI

Mandi adalah kegiatan rutine bagi kehidupan manusia untuk membersihkan badan agar menjadi bersih dan sehat, dalam satu hari lazimnya dilakukan dua kali mandi pada pagi hari dan sore hari. Tidak ada ketentuan baku jam berapa seseorang melakukan kegiatan ini dan sangatlah relative.

Ketika saya usia sekolah dasar saya punya pengalaman mandi yang sampai saat ini tidak dapat saya lupakan, mandi yang satu ini adalah mandi disungai yang sangat populer pada waktu itu dengan istilah “Adus Kali” Kebiasaan adus kali ini bukan sekedar adus biasa, tetapi kegiatan bermain, renang, menyelam dan permainan lainnya yang sangat disenangi anak-anak.

Adalah Pak Tusino seorang Carik (sekretaris desa) yang terkenal sangat galak, setiap melihat segerombolan anak-anak adus kali langsung saja dia ambil ranting pohon untuk “menghajar” anak-anak yang sedang adus kali. Ucapan pak carik yang terngiang ditelinga saya adalah : “Mben ndino dusdusan kali, kupingé budeg, engko ra payu dadi tentara”

Saya menyadari setelah dewasa bahwa maksud pak carik benar dan baik, agar anak-anak terjaga kesehatannya, karena air kali yang kotor bisa saja mengakibatkan berbagai jenis penyakit termasuk diantaranya penyakit kulit dan budeg.

Beruntung saya bisa diterima menjadi anggota pemadam karena tidak budeg, kosok baliné setelah menjadi anggota pemadam malah rodo budeg, akibat seringnya mendengar bunyi sirine mobil pemadam kebakaran yang memekakkan telinga. Kalau nelpon saya nggak nyambung karena rodo budeg.......


- Budeg = Tuli, Tuli bhs Kebumen berarti selanjutnya.

Jumat, 18 Juli 2008

IWAK

Binatang apakah iwak itu? Jawabnya beragam, ada yang berkata iwak adalah ikan air tawar sebut saja: iwak kutuk, iwak grameh, iwak kathing dsb. Bagi masyarakat Purworejo umumnya dan khususnya di Wingko orang menyebut daging dengan sebutan iwak, contohnya : iwak kebo, iwak sapi, iwak wedus, iwak pitik, enthok, bebek. manuk dll. Iwak segoro (ikan laut) disebut juga dengan : iwak cucut, iwak tongkol, iwak tenggiri dll.

Salah satu jenis ikan air tawar adalah iwak bethik, serupa dengan iwak mujahir yang terkenal banyak durinya, kalau masih kecil disebut bethik, agak besar sedikit orang menyebut menther dan kalau sudah sebesar telapak tangan balita orang menyebut bethok. Begitu juga untuk jenis ikan gabus, yang baru menetas disebut bayongan, agak besar sedikit namanya kocélan dan kalau sudah sebesar lengan orang dewasa orang menyebut kutuk.

Iwak kathing, bentuknya seperti iwak lélé, mempunyai tiga buah patil, satu diantaranya dibagian punggung. Jenis iwak ini tidak setiap saat dapat ditemukan, karena jenis iwak ini termasuk iwak musiman, sehingga kalau bukan musimnya sangat sulit ditemukan. Adalah ikan lempuk, bentuknya pipih menyerupai ikan arwana dan tidak bersisik, warnanya putih tidak mengkilap panjangnya bisa mencapai 30 cm, jenis ikan yang diperkirakan sudah punah.

Begitu juga yang namanya iwak badér, biasanya muncul pada saat hujan pertama, sawah yang tadinya kering, begitu datang air hujan muncullah iwak badér, tidak ada yang mengetahui dari mana iwak ini muncul. Iwak yang sepanjang tahun selalu ada adalah iwak sepat, iwak ini dapat hidup disembarang tempat dan iwak yang satu ini sulit dipancing dengan umpan apapun.

Penggunaan bahan pestisida sebagai pembasmi hama tanaman padi sangat mempengaruhi kehidupan berbagai jenis ikan dihabitatnya, termasuk yang dengan sengaja menangkap ikan dengan bahan racun seperti jenis potasium, hal ini sangat berbahaya bagi lingkungan hidup, sehingga mengakibatkan punahnya berbagai jenis ikan.

Iwak semakin sulit ditemukan, dikhawatirkan buyut dan canggah kelak hanya dapat mendengar ceriteranya saja. Kaciiaan deh ……

Rabu, 16 Juli 2008

“Cèpèt”

Percaya nggak percaya “Cèpèt” yang satu ini sudah dilupakan oleh banyak orang, padahal dahulu sewaktu saya masih kanak-kanak makluk ini sering muncul pada saat magrib dan menjelma sebagai seorang teman atau saudara yang biasanya mengajak bermain kesuatu tempat yang menyesatkan.

Sungguh terjadi ditahun enam puluhan, adik kelas saya yang berinisial PD pernah hilang semalaman disesatkan oleh “Cèpèt”, sampai-sampai orang sekampungku menyebut dia sebagai turahan cèpèt. Tepatnya didukuh Ngentak desa Wingkomulyo, PD menghilang pada saat magrib, sudah barang tentu orang tua dan keluarganya berusaha mencari dan menanyai teman-teman sebayanya. Setelah dicari wira wiri tidak diketemukan, kedua orang tuanya menjadi panik. PD bukanlah orang pertama yang pernah digondol Cèpèt, sehingga orang tua dan saudara-saudaranya berkeyakinan PD dibawa makluk halus bernama “Cèpèt” yang dikenal juga sebagai Wèwè.

Dengan lampu oncor dan berbekal tabuhan yang terdiri dari tampah dan botol, dibunyikan dengan irama ‘bleg bleg ting’ yang ditabuh berulang-ulang, mereka mencari PD sampai keseluruh penjuru kampung. Menjelang dini hari terdengarlah suara tangis PD diatas sebuah pohon bibis (semacam beringin) dipinggir sebuah sungai. Secara wajar tidak mungkin anak sebesar PD bisa memanjat pohon bibis sebesar dua rentangan tangan orang dewasa yang ada ditepi sungai, akhirnya dengan susah payah menggunakan sebuah tangga bambu panjang PD dapat diturunkan dari pohon bibis.

Sudah menjadi ceritera klasik setiap anak yang digondol Cèpèt ceritera awalnya diajak seorang teman kesuatu tempat yang nyaman, makan enak lauknya bakmi nyemek, pada kenyataanya yang ia makan bukan nasi dan bakmi, tetapi kotoran kerbau bercampur cacing.

PD yang sebelumnya dikenal sebagai anak yang periang, setelah menjadi turahan cèpèt. berubah menjadi anak yang sangat pendiam. PD saat ini dalam keadaan sehat wal afiat dan bertempat tinggal di Bekasi, Jawa Barat.

Yang menjadi pertanyaan mengapa setelah tahun delapan puluhan sampai sekarang sudah tidak pernah lagi terdengar yang namanya “Cèpèt” atau Wèwè termasuk Lelepah dsb. Malah yang sering kita dengar sekarang adalah kesurupan masal dilokasi pabrik dan sekolahan.

Mungkinkah karena ada pemburu hantu sehingga ganti lakon?

Senin, 14 Juli 2008

PASIEN SONTOLOYO

Terlalu sering kejadian, suami ber-slendro-pelog (bini dua) ketahuan saat berada di rumah sakit. Entah ketika sedang sakit, ataukah malah sudah dilurupi (diselimuti) kain hingga menutup wajahnya alias mati. Di tempat ini semua lalu menjadi jelas, siapakah sesungguhnya suami itu. Yang katanya alim, sayang keluarga, tapi ternyata bajingan tengik yang suka main selintutan soal wanita. Yang katanya bapak idaman keluarga, ternyata demennya daun muda!

Istri Daroji, Ny. Riyanti, memang belum sefatal itu. Artinya, ketika perselingkuhan itu terkuak, suami belum ngathang-athang mujur ngalor (baca: mati). Namun begitu, apa yang disaksikannya sungguh membuat hatinya terluka. Betapa tidak? di saat dia masuk ruang perawatan, ternyata di dalam suaminya tengah dibezuk wanita cantik. Tangan Daroji menggenggam erat jari jemari si wanita berkulit putih bersih itu. Lalu katanya: “Kalaupun aku mati, aku ingin mati di pangkuanmu, Kah….!” Dan dada Riyanti pun mengkap-mengkap ketika dari pipi perempuan yang dipanggil “kah” itu, mengalir air bening.

Ketika itu Daroji memang tengah dirawat RS Gondokesuman, Yogyakarta. Bukan karena demam berdarah atau cikunguya, tapi tabrakan kendaraan. Kepalanya sampai pisah dengan kakinya, jari-jemari kaki dan tangannya masing-masing tinggal empat. Kepala Daroji diperban, tidurnya pun tak lagi pakai bantal, gegar otak rupanya dia. Napasnya pun sudah tinggal satu-satu aku sayang ibu. Woo, ngeri sekali pokoknya. Untung saja Daroji langsung dapat pertolongan cepat. Kalau tidak, niscaya Pemilu 2009 tak lagi ikut nyoblos dia.

Antara dua jam setelah kecelakaan, istri yang diberi tahu polisi segera datang ke rumahsakit dengan segala perlengkapan logistik. Tapi begitu Riyanti masuk, yaitu tadi; menyaksikan pemandangan yang bikin sepet mata (tak enak dilihat). Masak istri bukan, famili juga tidak, kok dibuat target “ingin mati di pangkuannya” segala. Karena itulah, saking emosinya Riyanti, dia pun langsung mengumpat: “Sontoloyo! Tergeletak di rumahsakit kok sempat-sempatnya selingkuh segala….!” Kata Riyanti meluncur begitu saja. Tapi sebetulnya dia menyesal, kenapa mengucapkan kata “sontoloyo” yang sudah “dipatentkan” Kepala BIN Syamsir Siregar.

Horotoyoh! Daroji dan perempuan yang disebut “kah” tadi jadi belingsatan. Sementara si perempuan minggir ke pojok zal, Daroji malah bangkit dari ranjang perawatan. Sepertinya dia punya ajian Pancasona saja, begitu terkena seprei ranjang langsung sembuh. Buktinya, dengan kekuatan penuh dia menghampiri istri dan kemudian, plak plak plak, tinjunya melayang beberapa kali. Botol kosong pun dilemparkan ke mulut Riyanti hingga sebuah giginya rontok karenanya.

Emosi Daroji memang tak terkendali. Kenapa begitu? Dia sangat marah karena istrinya datang tanpa memberi tahu. Dan karena sikap slonong girl-nya tersebut, ulah dia saat “bermesraan” dengan wanita PIL-nya jadi kepergok. Dan itulah Daroji, sikap sok kuasanya kemudian ditunjukkan. Tak peduli sedang menjalani rawat inap, Riyanti istrinya yang dianggap menganggu kesenangannya tersebut langsung dihajar, bletak bletak bletak!

Untung saja pasien sebelahnya segera memencet bel, jururawat dan satpam RS datang menolong. Riyanti istri yang malang itu berhasil diselamatkan dari KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) lebih lanjut. Sementara dia juga dapat perawatan, Riyanti masih bisa melapor ke Polsek Gondokesuman. Karenanya, begitu selesai perawatan RS Rabu (2/7), Daroji bukannya disambut keluarga, tapi sejumlah polisi. Dengan mobil bak terbuka lelaki sontoloyo ini digelandang ke kantor polisi.

Istri dirawat, Daroji ditahan. Lha perempuan yang disebut “kah” itu ke mana? (KR/Gunarso TS)

(Cerita ini diambil dari Harian Pos Kota tanggal 3 Juli 2008 dalam rubrik "Nah Ini Dia" )

Selasa, 08 Juli 2008

PANTAI JATIMALANG

Tanggal 3 sampai dengan 7 Juli 2008 saya pulang kekampung halaman dalam rangka “nyekar” kemakam orang tua dan para leluhur saya di Kebumen dan Purworejo, karena masih ada sisa waktu saya sengaja “njajah deso milang kori” bersama mantan pacar, banyak kampung yang sudah lebih dari 40 tahun tidak pernah saya kunjungi sehingga ada keinginan kuat untuk melihatnya. Diawali dari desa saya Wingkomulyo kearah Wingkoharjo - Singkil kulon – Singkil wetan – Wonoboyo – Sruwoh – Ngombol langsung kearah selatan sampai ke Joso dan Laban, jalannya cukup lumayan bagus dan sebagian besar sudah diaspal.

Setiap sawah yang saya lewati terlihat padi mulai menguning sebagai tanda sebentar lagi akan panen raya pada musim kemarau. Beberapa desa sudah mulai panen padi dan seperti biasanya penjual “dawet” menjajakan dagangannya dengan cara “ngurup” yaitu barter dengan padi.

Sampai tahun tujuh puluhan panen padi masih menggunakan ani-ani, sekarang ani-ani sudah ditinggalkan petani, mereka memanen padi dengan cara memotong batang padi sampai pangkalnya dan bulir padi langsung dirontokkan dengan alat “serit” yaitu alat dengan bentuk silinder yang ditancapi paku dan diputar dengan rantai dan gir sepeda, alat yang sangat sederhana tetapi cukup membantu para petani untuk memanen padi.

Sebetulnya saya tidak ada rencana untuk pergi kepantai, tiba-tiba saya teringat pantai Jatimalang yang pernah saya lihat di Blog Forum Purworejo, saya penasaran seperti apa pantai Jatimalang, tanpa ada papan petunjuk arah yang jelas akhirnya saya sampai juga setelah beberapa kali bertanya. Dengan tiket masuk yang sangat terjangkau sebesar Rp. 1.000,- per orang dan tiket pakir kendaraan roda empat sebesar Rp. 3.000,-

Hari itu hari minggu dan ternyata lumayan banyak orang datang kesana untuk rekreasi yang kebetulan merupakan hari libur panjang bagi anak sekolah. Siang itu banyak perahu nelayan “mendarat” tetapi tidak tampak ada ikan dijual disana. Panasnya hamparan pasir laut terasa sekali. Tidak usah khawatir haus dan lapar karena banyak penjual makanan dan minunam bahkan rumah makan yang menyediakan masakan ikan bakarpun ada.

Sangat disayangkan pantai yang indah ini tidak dikelola secara baik, kalau Pemda Purworejo mau mengelola dan promosi wisata pantai ini, saya yakin tempat ini menjadi tempat tujuan wisata pantai yang menarik dan dapat memberi PAD bagi Pemda Purworejo.


Akses jalan menuju pantai Jatimalang adalah jalan alternatif pantai selatan yang menghubungkan Yogya – Cilacap. Sekarang sudah mulai dibangun dengan empat lajur jalan aspal yang mulus, semoga ini merupakan langkah awal dalam rangka promosi pariwisata Purworejo. Semoga menjadi kenyataan …….